Benarkah kita peduli dengan hari FILM Nasional? Kiranya, apakah semua masyarakat tahu tentang hari film? Mungkin, anda benar bahwa yang tahu hanya sebatas kalangan orang-orang yang memang bekerja di lembaga atau berkecimpung di dunia film itu sendiri. Mulai dari sineas, aktor, aktris, sutradara, sampai wartawan saja.
Karena itulah, kemarin hari Jumat 30 Maret 2012, dalam rangka memperingati Hari Film Nasional (HFN) ke 62, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya Seksi Filem dan Kebudayaan menggelar Pameran Foto Jurnalistik bertemu "Aku Cinta Film Indonesia."
"Kegiatan pameran foto ini merupakan binkai dari HFN sekaligus merupakan apresiasi wartawan untuk perfilman nasional," ucap Ketua Seksi Film dan Kebudayaan PWI Jaya, Teguh Imam Suryadi.
Pameran dilaksanakan selama dua minggu di dua tempat terpisah, masing-masing di Gedung Film jalan MT Haryono (26-31Maret) dan di Blitzmegaplex Grand Indonesia (2-8 April). Ada 100 foto dari 150-an yang kami terima dari 23 Jurnalis yang berasal dari Jakarta dan daerah, serta partisipasi dari Pusat Data Film Sinematik Indonesia.
Pameran ini cukup menarik, karena selain dihadiri Menteri Pariwisata, inilah untuk pertama kalinya dalam sejarah potret masyarakat perfilman Indonesia dapat dinikmati khalayak umum. "Pada FFI 2008 pernah juga digelar kegiatan serupa namun kurang diekspose," ujar Imam mengenai acara yang digagasnya ketika itu.
Sesungguhnya pula kalau kita menyimak sejarah perfilman nasional, kepedulian terhadap esensi peringatan HFN tidaklah pernah seheroik perjuangan menetapkan HFN itu sendiri. Bahkan sejak pertama kali dideklarasikan pada tahun 1962 hingga pemerintah menetapkannya pada tahun 1999, tidak pernah ada yang namanya Peringatan HFN. Yang pernah berlangsung adalah Bulan Film Nasional pada Maret 1994.
Begitu pun sejak HFN ditetapkan secara resmi oleh pemerintah melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 25 tahun 1999 tentang Hari Film Nasional tertanggal 29 Maret 1999 yang ditandangani oleh Presiden BJ Habibie, peringatan HFN cenderung berlangsung sebatas seremonial tanpa makna. Baik oleh Pemangku Kepentingan Perfilman maupun oleh Pemerintah yang membidangi perfilman.
Pada bulan Maret 2012 ini, pemerintah melalui Direktorat Perfilman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, kembali berinisiatif menyelenggarakan Peringatan HFN, dengan mengalokasikan dana sebesar Rp 1 miliar sebagaimana dikemukakan Direktur Perfilman Syamsul Lussa. Namun, tampaknya kegiatan ini akan tidak lebih bermakna dibanding yang sudah-sudah. Juga nyaris tidak terdengar adanya kepedulian serta peranserta dari pemangku kepentingan perfilman, baik yang terepresentasikan melalui organisasi-organisasi perfilman maupun masyarakat film secara umum. Apalagi bagi masyarakat luas, HFN siapa yang peduli. (*/kim)